Self-Efficacy Pasien Life-Threatening Illness dalam Menjalani Terapi: Analisis pada Enam Kasus Utama

Christina Yeni Kustanti, - and Reni Pradita, - and Theresia Febryna, - and Maria Elviana, - and Sandiwan, - and Restuning Tias Saraswati, - and Erna Budi S., - (2019) Self-Efficacy Pasien Life-Threatening Illness dalam Menjalani Terapi: Analisis pada Enam Kasus Utama. In: Prosiding Seminar Nasional Universitas Respati Yogyakarta. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta, Yogyakarta. ISBN 2657-2397

[img] Text (Artikel)
8

Download (29kB)
Official URL: http://prosiding.respati.ac.id/index.php/prosiding...

Abstract

Kasus-kasus Non-Communicable Diseases (NCDs) seperti stroke, diabetes mellitus, dan kanker dilaporkan oleh WHO menyebabkan 71% kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Selain NCDs, HIV AIDS dan tuberculosis paru juga masih menjadi beban kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang. Kasus-kasus tersebut mempunyai berbagai tantangan dalam perawatannya, menimbulkan berbagai ketidaknyamanan, serta memerlukan pengobatan yang lama, sehingga aspek kepatuhan menjadi sangat penting bagi perawatan kesehatan pasien. Setelah menjalani berbagai perawatan dan pengobatan, bagaimana self-efficacy pasien terhadap program yang sedang dijalankan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif, survei pada berbagai kasus Life-Threatening Illness (LTI) yaitu HIV AIDS (11%), kanker (8%), diabetes mellitus (27%), stroke (12%), tuberculosis paru (9%), dan gagal ginjal kronik (32%). Responden penelitian adalah 368 pasien di empat pusat perawatan kesehatan swasta di Yogyakarta yang dipilih secara purposive dan mengisi angket General Self-Efficacy (Ralf Schwarzer) berisi 10 pernyataan. Bandura, tokoh self-efficacy, menyampaikan bahwa budaya, usia, gender, sifat kegiatan, insentif, peran individu, dan reinforcement merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi self-efficacy seseorang. Penelitian ini lebih banyak melibatkan responden laki -laki (60%), lanjut usia akhir (44%), menikah (54%), dengan pendidikan menengah (39%), dan bekerja formal (60%). Faktor faktor gender, usia, dan status peran individu tersebut yang kemungkinan menyebabkan pasien memiliki self-efficacy yang tinggi (89%) terhadap pengobatan dan perawatan yang sedang dijalankan, meskipun ada 11% yang kurang yakin terhadap terapi. Meskipun pasien-pasien LTI telah menjalankan terapi anti -retroviral, fisioterapi, insulin, kemoterapi, fixed-dose combination, dan hemodialisis dalam kurun waktu yang cukup lama, mereka masih mempunyai keyakinan tinggi terhadap pengobatan. Persuasi sosial merupakan aspek yang harus terus -menerus disampaikan kepada pasien supaya mempunyai self-efficacy yang tinggi. Kesejahteraan psikis akan mempengaruhi keberhasilan program perawatan pasien. Kata kunci: keyakinan, perilaku kesehatan, penyakit terminal

Item Type: Book Section
Subjects: 600 Teknologi > 610 Ilmu Kedokteran > 615 Farmakologi & Ilmu Terapi
Depositing User: Unnamed user with email perpus@stikesbethesda.ac.id
Date Deposited: 23 Aug 2019 10:27
Last Modified: 02 Jul 2020 12:23
URI: http://repo.stikesbethesda.ac.id/id/eprint/65

Actions (login required)

View Item View Item